Selasa, 02 Juni 2009
Akhir Manis Meneer Hiddink
London - Guus Hiddink telah menyelesaikan tugasnya di Chelsea. Satu trofi telah ia persembahkan, di masa tugasnya yang kurang dari empat bulan tersebut. Bagaimana jejak langkah sang meneer di London Barat?
Hiddink ditunjuk Chelsea pada 11 Februari, menggantikan posisi Luis Felipe Scolari. Disepakati, Hiddink bertugas hingga akhir musim. Pria asal Belanda ini melakoni jabatan rangkap, yakni dengan menukangi Chelsea tanpa meninggalkan posisinya di tim nasional Rusia.
Tugas pertamanya dilalui dengan baik, yakni dengan mengalahkan Aston Villa 1-0
. Di laga debutnya, sang meneer melakukan terobosan yakni menduetkan Didier Drogba dan Nicolas Anelka. Sesuatu yang jarang sekali dilakukan oleh Scolari. Oleh Hiddink, Drogba-Anelka dijadikan senjata andalan.
Kurang dari sebulan, sentuhan midas Hiddink menunjukkan khasiatnya. Chelsea yang ketika ditinggalkan Scolari berada di posisi keempat klasemen sementara, langsung dibawanya ke tangga runner up di pada akhir Februari.
Memasuki bulan kedua, Hiddink terus mendulang kemenangan di kompetisi domestik dan meloloskan The Blues ke babak perempatfinal Liga Champions, usai menyingkirkan Juventus dengan agregat 3-2.
Deretan tujuh laga tanpa kalah di seluruh ajang yang diikuti Chelsea akhirnya terhenti di akhir Maret. Adalah Tottenham Hotspur yang menghadirkan kekalahan perdana bagi Hiddink. Kekalahan itu harus membuat The Pensioner, julukan lain Chelsea, turun ke tangga ketiga klasemen sementara.
April menjadi bulan yang sibuk bagi Chelsea. Agenda padat dijalani John Terry dkk. harus bertarung di Liga Primer, perempat final Liga Champions, dan semifinal FA Cup. Praktis setiap tiga hari sekali Chelsea harus turun bertanding.
Lawan berat siap menghadang. Liverpool di Liga Champions, Arsenal di Piala FA, serta di Liga Primer lawan-lawan alot seperti Bolton dan Everton harus dihadapi.
Meneer Hiddink sukses melewati ujian berat itu. Lewat sebuah laga thriller, mantan pelatih Korea Selatan itu meloloskan Chelsea ke semifinal Liga Champions usai mendepak Liverpool. Di Piala FA, tiket final diraih usai mengandaskan Arsenal 2-1. Meski begitu, upaya Hiddink di Liga Primer belum bisa memperbaiki posisi Chelsea.
Mei adalah bulan terakhir Hiddink di kursi manajer Chelsea. Bulan Mei dihiasi dengan kekecewaan, yakni tersingkirnya Chelsea dari Liga Champions di tangan Barcelona. Hiddink pun direpotkan dengan sikap negatif pemainnya pasca tersingkir. Sebuah tindakan yang membuat Chelsea dikenai dakwaan bersalah oleh UEFA.
Sementara di Liga Primer, hingga akhir musim Hiddink gagal mengkatrol posisi Chelsea. Alhasil tim yang didanai milarder Roman Abramovich itu mengakhiri kompetisi musim ini dengan berada di posisi ketiga.
Perpisahan Hiddink hadir di hari terakhir Mei 2009, tepatnya tanggal 30. Pria berusia 62 tahun itu berpamitan dengan cara yang indah. Ia meninggalkan sebuah gelar Piala FA di lemari trofi Stamford Bridge. Gelar yang menjadi satu-satunya raihan The Blues pada musim ini.
Dalam tiga setengah bulan Hiddink telah melalui 22 pertandingan yang berakhir dengan 16 kemenangan, lima imbang, dan sekali kalah, serta sebuah piala.
Kini, kebersamaan yang sangat singkat itu harus berakhir. Hiddink akan kembali ke Rusia, menjalani tugas utamanya sebagai pembesut tim Beruang Merah.
Bedankt, Guus. Tot ziens, Hiddink.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar